Inspeksi Komisi B DPRD Ponorogo, Balai Benih Ikan (BBI) Kurang Maksimal

komisi-b-4Ponorogo – Menanggapi banyak keluhan peternak lele, terkait buruknya bibit lele yang di beli dari Balai Benih Ikan (BBI) Desa Sedah Kecamatan Jenangan. Komisi B DPRD Ponorogo langsung melakukan sidak di BBI milik pemerintah tersebut.

Sidak yang langsung di pimpin Ketua Komisi B DPRD Ponorogo, Widodo tersebut, menemukan berbagai bersoalan, selain kualitasnya bibit lele yang di hasilkan dari pemijahan di BBI tidak maksimal, yang menyebabkan ikan lele mudah mati, dan yang lebih parah lagi masa panen juga terlalu lama, sehingga kondisi tersebut berakibat pada meruginya para peternak karena harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharan. Pihak DPRD menilai proses pembenihan di BBI tersebut kurang maksimal.

“ banyak peternak lele yang wadul ke DPRD terkait kurang maksimalnya pengelolaan di BBI sedah, terutama terkait benih ikan lele. Dan setelah kita dating ke BBI ternyata benar produksinya tidak sebanding dengan permintaan masyarakat” terang Widodo

Produksi benih ikan lele di BBI Sedah hanya sekitar sepuluh ribu setiap bulannya. Sedang, permintaan jauh di atasnya. Padahal ada sekitar 300 kelompok pembudidaya ikan di Ponorogo. Rata-rata saban kelompok membutuhkan sekitar enam ribu benih. Itu belum termasuk permintaan masyarakat diluar kelompok yang sudah terdaftar tersebut.

Sementara itu Kabid Peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian Ponorogo Waluyo mengaku produksi bibit ikan lele belum mencukupi permintaan pasar, karena permintaan bukan hanya dari peternak di Ponorogo, namun  juga datang dari Madiun, Pacitan, dan Wonogiri. Sehingga untuk mencukupi permintaan pihaknya terpaksa mendatangkan benih dari Kediri.

Meski begitu permasalahan terkait buruknya bibit lele tak berhenti sampai disitu, Kualitas ikan dari Kediri juga beragam, ikan menjadi kurang sehat karena menempuh perjalanan panjang sekitar 3 hingga 4 jam.

Waluyo menambahkan permasalahan kurang maksimalnya pembenihan ikan lele di BBI ini disebabkan beberapa factor diantaranya masalah air, Waluyo mengaku kandungan air sedikit berbeda, pihaknya tengah melakukan uji lab kandungan air yang digunakan untuk kolam. Pihaknya menduga air banyak mengandung belerang, Selain itu, petugas di BBI minim, ihaknya hanya memiliki empat orang petugas dan dua di antaranya merupakan sukuhan. Padahal luasan BBI nyaris satu hektare.

Sementara itu menurut Yusuf Saputro, salah satu pakar pemijahan dan peternak lele asal Desa Bendo Pare Kabupaten Kediri, saat dihubungi via telpon seluler, menjelaskan lele merupakan ikan yang memiliki daya tahan tubuh lebih kuat dibandingkan dengan ikan tawar lainnya, jika PH airnya normal dan perawatannya bagus bisa dipastikan peternak bisa meraup untung besar.

“ Bandingkan kualitas air di Surabaya dan Sidoarjo, tentu saja kualitas air di Ponorogo lebih baik, padahal di Subaraya dan Sidoarjo juga banyak peternak lele yang berhasil” terang yusuf

Yusuf saputro menduga buruknya kualitas bibit hasil pemijahan di Balai Benih Ikan milik pemerintah tersebut hanya karena tidak dikerjakan dengan baik, padahal jelas selain ikan lele, di balai benih itu juga mampu menghasilkan bibit ikan tawar lainnya yang kualitasnya bagus.