Ponorogo – Krisis air bersih kini mulai dirasakan warga di sejumlah desa yang tersebar di 14 Kecamatan, serta banyaknya laporan terkait penelantaran lahan pertanian karena sulitnya mendapatkan pasokan air, mengundang keprihatinan Ketua DPRD Ponorogo, H. Ali Mufthi. Pihaknya akan memanggil pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengantisipasi krisis air yang dirasakan masyarakat dengan membuat sumur dalam di beberapa titik. Pasalnya berdasarkan keterangan warga droping air yang dikirim dari BPBD tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Ali Mufti, sumur dalam lebih efektif karena bersifat jangka panjang dan untuk pembuatan sumur dalam biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal, satu titik sumur dengan kedalaman antara 50 hngga 60 meter diperkirakan memakan biaya sekitar Rp, 9 jutaan, sementara untuk droping air itu sifatnya hanya isidentil, tidak memecahkan masalah.
“ Untuk pembuatan sumur dalam, nanti akan kita upayakan dan koordinasikan dengan pihak eksekutif, pembuatan sumur dalam, sekitar 50-60 meter, biayanya tidak mahal, hanya sekitar Rp 9 jutaan, karena saya pernah membuat sumur dalam, diwilayah Mlarak. Di wilayah-wilayah yang sering dilanda kekeringan nantinya akan kita buatkan sumur dalam”
Ali menyebutkan ada cara lain untuk mengantisipasi kekeringan di Ponorogo, yakni dengan gerakan reboisasi harus kembali dihidupkan, “Lahan-lahan yang kering harus kita tanami kembali, melalui gerakan reboisasi”, jelas politisi dari partai berlambang beringin tersebut.
Selain itu Ali Mufthi berharap agar pembangunan waduk Bendo, segera diselesaikan, “Sehingga pada saat musim kemarau seperti ini, lahan pertanian yang berada diwilayah waduk Bendo, tetap bisa mendapatkan aliran air”, pungkasnya